eklan

Kejanggalan Pernyataan Jokowi Soal Gunung Mas Paling Cocok jadi Ibu Kota



Dikutip dari akun Facebook Dr. Mahmud Syaltout, seorang ilmuwan NU, tentang keheranan beliau atas statemen Jokowi terkait pemindahan ibukota.

Jakarta Banjir? Pindah Ibu Kota!
Okay, pindah ke mana?



Menurut Lik Joko (8/3) yang paling siap “Gunung Mas Kalimantan Tengah” sesuai berita di https://regional.kompas.com/…/jokowi-gunung-mas-paling-siap… (Lihat Gambar 1) dan juga diberitakan di website resmi Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah, yang bisa diklik di https://gunungmaskab.go.id/…/jokowi-menemukan-pilingnya-di…/ 

Namun demikian, kalau kita mau ublek-ublek dikit jejak digital website resmi Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah, kita bisa tahu bahwa 9 hari atau seminggu lewat dua hari (29/4) sebelum Lik Joko datang ke sana (8/3), ada 8 Kecamatan dari total 12 Kecamatan Kabupaten Gunung Mas terendam banjir, alias 2/3-nya wilayah tersebut terendam banjir! Lebih jelasnya silakan dilihat di: https://gunungmaskab.go.id/…/8-kecamatan-terendam-banjir-d…/

Bahkan kalau di-gugling, bisa diketahui kok bagaimana gambaran parahnya banjir di sana, dari foto-foto yang ditangkap dan kemudian diunggah media maupun warga (Lihat Gambar 4 sampai 12, bisa diteruskan sendiri mencarinya di Google kalau punya banyak waktu selo).
Andaikan, Lik Joko menyatakan yang paling siap jadi calon pengganti Ibu Kota RI itu Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, sudah berdasarkan analisis dan kajian yang serius, termasuk di dalamnya penggunaan Artificial Intelligence (AI) dan Open Source Intelligence (OSINT), harusnya paradoks seperti ini tidak terjadi khan?

Atau jangan-jangan para badut pembisik Lik Joko, yang bicara tentang Artificial Intelligence di forum-forum itu dan mengklaim punya Laboratorium Big Data, sebenarnya pingin menunjukkan bahwa beliyo-beliyonya itu memiliki Artificial Intelligence dalam pengertian kecerdasan (intelligence) palsu (artificial), alias kecerdasan plastik.

Nah, kalau sudah palsu, alias KW, yaa agak berat juga ketemu kenyataan “Data Mencerdaskan Bangsa” atau “Kebijakan Berbasis Data”.

Dan, sekali lagi, Lik Joko, harus menerapkan prinsip “Velox et Exactus” (cepat dan tepat) dalam mengambil kebijakan, dengan tentu saja didasarkan pada modus operandi “Trust But Verify!” (masukan dari sumber bukan hanya terpercaya, tapi juga terverifikasi).

No comments

Powered by Blogger.