eklan

Bang Nunung, Pendekar Silat Betawi Rawa Belong

Bang Nunung, begitu laki-laki ini akrab di sapa. Salah satu tokoh silat betawi yang terkenal dari Rawa Belong dengan memiliki nama lengkap H. Nur Ali Akbar.


Di tengah usianya beranjak sepuh, 63 tahun, Bang Nunung masih nampak tegap dan lincah, bicaranyapun lugas dan kadang mengundang tawa. Terlihat saat penulis menemuinya untuk wawancara di kediamannya di daerah Sukabumi Utara Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat atau lebih di kenal dahulu Kampung Rawa Belong.

Ditemani dengan secangkir teh hangat yang di suguhkan oleh putranya, Imam, Bang nunung mulai bertutur untuk menceritakan kisah hidupnya. Dahulu, tuturnya mengisahkan, Ia terlahir di Jakarta persisnya kampung Rawa Belong tanggal 15 Agustus 1948 dari pasangan (alm) Asnawi dan Hj. Julaiha.“Kate orang tue kite, kite anak paling bontot dari 7 bersaudara, 5 laki-laki dan 2 perempuan” kata bang nunung dengan logat khas betawinya.

Bang Nunung besar dalam kondisi ekonomi keluarga yang sulit dan meprihatinkan saat itu, terlebih pekerjaan sehari-hari orang tuanya sebagai kusir delman. Bang Nunung menjelaskan bahwa Pada waktu itu keadaan dalam keadaan transisi antara kendaraan tradisional dengan kendaraan modern.

“Jadi pada waktu itu delman sudah mulai tersisih, orang lebih banyak mau naik opelet, lebih cepet dibanding naik delman”. tutur bang Nunung mengenang.

Sehingga profesi orang tuanya sebagai kusir delman sangat tidak mencukupi untuk menghidupi keluarganya. Terkadang penghasilan yang di peroleh hanya untuk makan keluarga, tidak dapat membeli dedak dan gabah sebagai pakan kudanya, begitupun sebaliknya. “Jadi kalau kite beli beras, kuda ngga bisa kuat lari karena ngga makan dedek , kalau kite beli dedek sama gabah berarti ngga makan nasi”. Ungkapnya.

Namun kondisi sulit tidak membuatnya putus asa dan menyerah. Bermodal kemauan yang kuat dan dorongan kedua orang tuanya Bang Nunung dapat terus sekolah sampai tamat hingga sekolah tingkat lanjutan di Sekolah Persatuan Guru (SPG) I di bilangan Setia Budi Jakarta Pusat tahun 1969.

“Selain cita-cita menjadi guru, kebetulan pada waktu itu masuk SPG merupakan sekolah yang paling murah dan profesi yang sangat di butuhkan”. Jelas Bang Nunung yang sudah mengabdi menjadi guru sejak tahun 1970 hingga 2008.

Mengenal Silat

Bela diri atau silat bukan merupakan suatu hal yang baru bagi Bang Nunung. Sejak kecil Bang Nunung sudah menekuni bela diri silat Cingkrik, bela diri khas betawi dari Rawa Belong. Bahkan silat ini dipelajari sejak Bang Nunung duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 1963. Karena menurut Bang nunung, saat itu banyak para jagoan yang mudah merampas kebun dari para pemiliknya.

“Pada waktu itu belajar silat bukan niat mau jadi jagoan tetapi buat membela diri dan orang tua”.  Ungkap Bang Nunung yang sempat belajar dengan 11 guru silat cingkrik saat itu.

Tidak sedikit orang yang ingin menguji keahliannya sebagai pesilat, seperti yang dikatakan Bang Nunung pernah ada orang yang datang dari Cina, Amerika dan Arab dari berbagai macam bela diri hanya khusus untuk menguji kehebatan silat bang Nunung.

Karena kesiapannya untuk di uji bertarung menjadikannya lebih dikenal sebagai pendekar silat dari Rawa Belong. Figur pibadinya yang supel dan pendidik membuat banyak orang yang datang untuk berguru kepadanya.

Menurut bang Nunung, seiring perkembangan zaman perkumpulan silat betawi semakin ketinggalan dan hilang gaungnya dibandingkan dengan bela diri impor seperti karete, kempo dan taekwondo. Karena menurut pengamatannya bela diri betawi kurang terkoordiir dan tertata dengan rapi . “Bela diri kita tidak terorganisir, terlalu guru sentris, tidak ada arah dan rumahan”.tuturnya

Karena itu, menurutnya, seni bela diri silat betawi sulit berkembang dan tidak banyak yang meneruskannya sehingga perguruan silat tradisional perlu di benahi agar lebih tertata dan terstruktur organisasinya.

Berbekal dengan pendidikan formal yang di pelajari dan pengalaman organisasi, Bang nunung berusaha membenahi perkumpulan seni bela diri betawi dengan menghimpun dan mengundang dan mengadakan pagelaran di setiap acara-acara peringatan agama.

“Sehingga mereka ada kesempatan buat menampilkan kebolehannya dan merasa senang karena ada yang lihat keindahan dari berbagai macam perguruan seni bela diri betawi ”. Pungkasnya.

Dukung PKS

Sejak era reformasi dan banyak bermunculan partai Islam membuat Bang Nunung mencari Profil Partai Islam yang ideal. Karena pribadinya yang relijius dan seringnya berinteraksi dan silaturrahim dengan kader Partai Keadilan Sejahtera menjadikan pilihannya mendukung PKS.

Menurut Bang Nunung, PKS merupakan partai pilihannya karena partai Islam yang memilki idealisame Islam yang kental dan kadernya selalu menjaga silaturrahim serta peduli kepada masyarakat.

“Pada waktu itu ada orang sakit dekat rumah ane, kader PKS selalu menjenguk dan membantunya”.Imbuhnya.

Selain itu PKS merupakan partai kader yang memilki proses pembinaan mental dan spiritual yang sejalan dengan filosofi dan gerakan yang ada di perguruan silat Gerak Saka Sanalika yang saat ini di pimpinnya.

Harapannya PKS saat ini harus menjaga keorisinalan idealismenya dan terus menjaga hubungan silaturrahim dengan tokoh masayarakat dan lebih berperan aktif di masyarakat.

“Supaya masyarakat bisa menilai PKS adalah partai yang layak di pilih kembali di masa yang akan datang”. Ujar Bang Nunung menegaskan. (mjundi)

Sumber : www.mjundi.wordpress.com

No comments

Powered by Blogger.